Saturday, July 20, 2024

It's about us, it's about what we do and how we do it

Ada kalanya kita sombong dan riya' dengan garis darah, koneksi atau lembaga yang memayungi kita. Padahal, yang terpenting bukannya kualitas diri kita secara pribadi, ya?
Bukannya p
ercuma jika kita punya garis darah, koneksi atau lembaga yang terkemuka jika kitanya tidak dapat diandalkan dan tidak diakui oleh mereka?

Walaupun anak nabi, kita bisa tetap nakal.
Walaupun punya banyak koneksi kaya, kita bisa tetap miskin.
Walaupun dipayungi oleh lembaga terkemuka, kita bisa tetap tidak kompeten.
Saya rasa kita perlu membangun reputasi baik kita sendiri daripada sibuk mendompleng atau menyatut nama lembaga atau orang lain untuk membuat kesan baik tentang kita.
Tidak peduli apa latar belakang kita, kita bisa kok membangun reputasi baik kita sendiri.

Kita juga kerap bangga dengan profesi kita, padahal yang terpenting, bukanlah apa profesi kita tapi bagaimana niat dan cara kita dalam bekerja, bukan? 
Tukang sol sepatu yang jujur tentunya jauh lebih mulia daripada dokter spesialis yang dingin dan semena-mena terhadap pasien, pegawai negeri yang korup, guru yang cabul, artis yang jual diri, pebisnis yang main curang, atau pemuka agama yang suka membodoh-bodohi umat.

Jika kita fokus dengan diri kita sendiri, ada banyak sekali aib yang akan kita temukan dan perlu kita benahi. 

Dua tahun lalu, saya iseng melempar pertanyaan HOTS ke kelas, setiap anak hanya punya kesempatan untuk menjawab sekali, oleh karena itu mereka perlu memikirkan jawabannya baik-baik sebelum angkat tangan. Saya gambar beberapa stick men/women dengan berbagai atribut, ada yang cantik, kaya, cerdas, low profile, populer, relijius dll. 
Pertanyaan saya, "Mana orang yang paling berhak sombong?" Rata-rata mereka memilih orang yang paling banyak atribut baiknya. Hanya ada 1 anak yang menjawab tidak ada satu pun dari mereka yang berhak sombong, karena pada hakikatnya kita semua sama saja, kita semua tidak punya apa-apa, semua ini titipan, semua ini punya Tuhan. Ya, anak itu adalah Naomi Victoria Chai. 

No comments:

Post a Comment